Kamis, 19 April 2012


woaa.. uda lama enggak posting nih,

Karena semester ini saya dapat mata kuliah Teori Komunikasi, dan minggu lalu saya baru selesai presentasi tentag beberapa teori komunikasi, jadi saya mau berbagi materi tugas saya nih.



Ternyata jumlah teori komunikasi saat ini sangatlah banyak jadi karna keterbatasan waktu, setiap orang di kelas saya mendapatkan jatah untuk menerangkan 3 teori. Perkuliahaan ini sebenarnya agak nightmare bagi saya, atau mungkin berlaku juga untuk teman-teman kelas saya yang lain, bukan perkara contentnya tapi dosennya, hehehehe...
Saya mendapatkan bagian untuk menerangkan Conflict Communication Theory, Confucian Communication Theory, dan Comperhensive Model Information Seeking (CMIS). Mau tau teori ini isinya tentang apa aja? yuk mari baca, yang pertama adalah :


Conflict Communication Theory

Tokoh dan Buah Pikirannya

Tahun 1973, Leornado Hawes dan David Smith membahas mengenai konseptualisasi konflik bersama dengan tiga dimensi yaitu tujuan, strategi dan waktu.
 1. Tujuan
Terdapat dua pendekatan yaitu prospektif dan retrospektif. Menurut pendekatan prospektif, menyatakan bahwa setiap orang memiliki tujuan yang jelas dan terarah. Konflik ditentukan dari tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Sedangkan menurut retrospektif, menyatakan bahwa tujuan menjadi sesuatu yang berarti setelah tindakan dilakukan, komunikasi menentukan sifat dari konflik, bukan tujuan.
2. Strategi
Merujuk pada penyelesaian atau manajemen konflik, perbedaannya pada anggapan mengenai konflik sebagai sesuatu yang destruktif atau justru konstruktif. 
3. Waktu
Merujuk pada anggapan apakah konflik bersifat episodik (terpenggal-penggal) atau berkelanjutan- apakah gangguan sementara harus diatasi, atau aspek normal, penting dan teringrasi dari interaksi yang harus dikelola.
Tahun 1978, Barent Ruben, Konflik didefinisikan sebagai jurang pemisah antara permintaan dan kemampuan sistem dengan permintaan dan kapasitas lingkungan.  Konflik adalah cara bagaimana sebuah sistem bertahan karena adaptasi (komunikasi) bersifat konstan, konflik dan adaptasi tidak bisa dipisahkan.
Tahun 1980-an, Tricia Jones, mengkelompokan antara strategi dan taktik komunikasi mediasi, komunikasi mediasi memenuhi tiga fungsi dasar yaitu pemberian saran, pengarahan substantif, dan pengendalian prosedur.
Daniel Canary, Hubungan antara dorongan konflik dengan produksi pesan dijembatani dengan tiga faktor, yaitu perbedaan individu, interpretasi konflik (yang dipahami melalui teori pertalian), dan penilaian tujuan akhir.

Asumsi Dasar
Konflik dipandang sebagai sebuah proses sosial yang penting dan tidak dapat dihindari, selain itu jika dikelola dengan baik, konflik akan berkonstribusi pada kreatifitas, kepaduan, pertumbuhan relasi, dan produktivitas.

Perkembangan Teori
Awal mula teori ini adalah didasari oleh teori Marxian, yang pada intinya adalah mengenai memberi jalan keluar terjadinya konflik pada kelas pekerja. Asumsi dasar yang mendasari teori Marxisme ini adalah 1). Anggapan bahwa manusia adalah makhluk yang bersifat materialisme ataupun dengan kata lain manusia adalah makhluk yang hidup dengan materi sebagai pencapaian tertinggi. 2). Manusia makhluk yang berpikir bahwa manusia itu hidup karena materi dan untuk mengejar materi semata. 3). Dalam perkembangan kehidupannya, manusia dipengaruhi oleh pola produksi yang ada di sekelilingnya sehingga masyarakat dengan kepemilikan faktor produksi tertentu akan ‘menguasai’ dan peningkatan atas materi akan membuat kesenjangan sosial cukup jauh.
Di awal tahun 1970-an, terdapat dua anggapan tersirat tentang teori ini, yaitu:
1. Konflik berasal dari proses komunikasi yang tidak memadai 
2. Kerjasama dipandang sebagai suatu yang superior

Para pakar komunikasi menganggap pandangan mengenai konflik sebagai sebuah proses sosial yang penting dan tidak dapat dihindari. Jika dikelola dengan baik, akan berkonstribusi pada kreatifitas, kepaduan, pertumbuhan relasi, dan produktivitas. Para pengemuka teori ini menyebutnya sebagai ‘manajemen konflik’ dari pada ‘penyelesaian konflik’. Hal itu dikarenakan ‘manajemen konflik’ menyatakan proses komunikasi yang sedang berlangsung dan berfokus pada interaksi, sedangkan ‘penyelesaian konflik’ menyatakan rangkaian peristiwa yang harus ditangani ketika peristiwa tersebut terjadi, sehingga berfokus pada konten-konten yang tersembunyi dari rangkaian peristiwa tersebut.

Konseptualisasi konflik dan komunikasi
Mulai era 1980-an, konflik didefinisikan sebagai interaksi dari orang-orangyang saling bergantung satu sama lain dan melihat perlawanan dari tujuan atau nilai yang mereka anut, dan mereka yang melihat pihak lain sebagai ancaman bagi tujuan yang mereka miliki. Tiga ciri penting dari definisi ini adalah: interaksi, ketidak layakan, dan saling ketergantungan.

Model awal Komunikasi 
Teori Permainan dan Interaksi Sosial
Teori permainan menganalisis konflik yang terjadi secara rasional antar pemainnya. Teori permainan ini memperlakukan komunikasi sebagai pertukaran informasi sederhana saja, umumnya yang bersifat biner (berkomunikasi atau tidak). Teori ini mulai berkurang ditahun 1980-an, tetapi anggapan ekonomisnya kembali muncul dalam model interaksi sosial dari konflik dan negosiasi. Model interaksi sosial menyatakan bahwa para penyanggah memiliki motif rasional untuk meningkatkan minat dirinya yang berakar dari sumber daya sosial. 

Penawaran Integratif Versus Penawaran Distributif
Model negosiasi integratif, yang dikenalkan di era 1960-an, merupakan perkembangan kunci dalam studi mengenai penawaran. Penawaran integratif menyokong pemecahan permasalahan bersama, bukan berkompetisi. Para pengemuka teori komunikasi menggunakan model negosiasi integratif dan distributif untuk mengembangkan teori penawaran kolektif, mediasi, dan konflik antar individu. Mereka secara konseptual membedakan anatara strategi dengan taktik. Strategi adalah rencana tindakan (misalnya pemecahan masalah), sementara taktik adalah pesan spesifik yang menjalankan strategi (misalnya pembagian informasi). 

Dual Concern
Model dual-concern berfokus adalah gaya manajemen konflik, predisposisi, dan kecenderungan dalam berprilaku. Robert Blake dan Jane Mouton mengembangkan model orsinil dari gaya manajemen, yakni managerial grid, di tahun 1964. Dia membaginya menjadi 5 gaya, yaitu forcing (perhatian lebih pada hasil, kurang pada masyarakat), conforting (perhatian lebih pada hasil dan masyarakat), smoothing (perhatian kurang pada hasil, lebih pada masyarakat), withdrawal (perhatian kurang pada hasil dan masyarakat), Compromising (perhatian seimbang pada keduanya). Pada tahun 1970-an, Ralp Kilmann dan Kenneth Thomas menciptakan sebuah alat untuk mengukur lima gaya konflik tersebut. Model dual-cocern ini dikritik karena sifatnya yang bias secara cultural, landasannya pada penilaian diri, ketidak mampuan untuk menentukan interaksi yang sedang berlangsung, dan pendekatan linear terhadap hubungan antara konflik dan komunikasi.

Kompetensi Mediasi
Teori mediasi awal meneliti strategi mediator, taktik, fase, dan pola komunikasi. Tricia Jones di era 1980-an, mengkelompokan antara strategi dan taktik komunikasi mediasi, komunikasi mediasi memenuhi tiga fungsi dasar yaitu pemberian saran, pengarahan substantif, dan pengendalian prosedur. Selain itu William Donohue mengembangkan kompetensi berdasarkan pengaturan waktu yang tepat dari invtervensi yang digunakan oleh para mediator. Kesimpulannya bahwa interverensi terdekat yang langsung mengikuti sebuah tindakan akan menghindari eksalasi konflik dan bahwa mediator yang menyesuaikan diri dengan tingkat emosi para penyanggah adalah yang paling berhasil.

Tradisi yang Berkelanjutan
Tradisi teori komunikasi terus berlangsung dapat disusun menjadi 4 konteks dasar, yaitu interpersonal, organisasi, komunitas, dan antar budaya/antarnegara. Teori dan penelitian dilakukan pada tiga tingkatan dasar analisis: kognitif, interaksi, dan institusional. 

Konteks interpersonal
Social-Ecologi Model yang dikemukakan Ted Hudson mengganggap lingkungan, individu, dan proses relasi sebagai tingkatan analisis yang saling berhubungan. William Donohue, mengemukakan Relational order theory, teori ini memperkirakan bahwa pengembangan kerangka relasional yang konsisten dapan mempermudah dalam mencari kesamaan pada permasalahan substantif. Daniel Canary  mengembangkan sebuah model konflik strategis yang ditentukan berdasarkan gagasan bahwa tindakan konflik yang kompeten dilakukan secara disadari. Hubungan antara dorongan konflik dengan produksi pesan dijembatani dengan tiga faktor, yaitu perbedaan individu, interpretasi konflik (yang dipahami melalui teori pertalian), dan penilaian tujuan akhir. 

Konteks Organisasi
Konflik organisasi umumnya merujuk pada konflik yang terjadi dalam konteks lingkungan kerja atau institusi. Konflik organisasi telah diteliti pada tiga tingkatan mendasar, yaitu dyadic, kelompok, dan institusi. Pada tingkat dyadic, teori dan penelitian yang memeriksa proses dari konflik interpersonal di lingkungan kerja seringkali mengikutipendekatan gaya konflik yang didasarkan pada model dual-concern. Pada tingkatan kelompok, ada tiga kebiasaan yang bisa diidentifikasi menurut M.Scott Poole dan Jhony Garner, antara lain instrumental, development, dan political.

Konteks Komunitas
Konteks ini merujuk pada konflik di wilayah publik, yang berfokus pada komunitas yang didefinisikan oleh kolokasi fisik. Barnett Pearce dan Stephen Littlejohn mengembangkan sebuahteori konflik moral. Ketika suatu individu dengan perintah moral yang tidak seimbang melakukan interaksi, konflik suatu dari frustasi.  Konflik yang berakar dari pandangan lawan sangat sulit untuk diatasi. Konflik moral tidak dapat diselesaikan melalui musyawara. Wilayah lain dari teori konflik komunitas meliputi konflik lingkungan, konflik ras/suku, negosiasi krisis, dan pendekatan kritis. Teori mengenai konflik lingkungan membahas mengenai partisipasi publik dalam mengambil keputusan. Teori mengenai konflik ras/suku membahas mengenai potensi pembangunan komunitas dari protes manajemen konflik suku antar komunitas. Negosiasi kritis, termasuk juga negosiasi atas sandera, manajemen sebuah konteks unik bagi bagi teori konflik komunikasi, dengan berfokus pada dinamika komunikatif dari konflik yang menjadi rumit karena taruhan nyawa pihak tertentu.

Konteks Antarbudaya/ Antarnegara
Konflik ini merujuk pada konflik antara dua atau lebih kelompok budaya atau identas yang berbeda. Integrated Threat Theory (ITT), dikembangkan oleh Walter Stephan dan Cookie White Stephan, menyatakan bahwa rasa takut atau ancaman menyebabkan prasangka, dan mengidentifikasiempat kondisi (yakni sejarah konflik antar kelompok, kesenjangan pengetahuan antar kelompok, jenis dan frekuensi kontak antar kelompok, dan status kekuasaan anggota kelompok tertentu) yang kemudian mengekskalasi atau menurunkan tingkatan dari empat jenis ancaman (kekhawatiran antar kelompok/ antisipasi konsekuens, stereotype kaku, ancaman yang nyata, dan ancaman berupa simbolis).  Cultural Values Dimeasional (CVD) grid, yang dikemukakan oleh Stella- Ting- Toomey dan John Oetzel, berasal dari gagasan dalam teori manajemen kekhawatiran, teori ITT, teori pelanggaran ekspektasi, teori jenis budaya, jarak kekuasaan. Jarak kekuasaan merujuk pada nilai budaya terhadap perbedaan status dan hierarki.  CVD grid ini menyatakan bahwa dimensi kolektivisme-individualisme dari teori tipe budaya berinteraksi dengan nilai-nilai jarak kekuasaan untuk menciptakan 4 pendekatan budaya : impartial, pencapaian status, komunal, dan keadilan.

Pengaplikasiannya
Dalam pengaplikasiannya teori ini biasa disebut diterapkan dalam Conflict Management System (CMS). Dengan manajemen konflik yang baik, sebuah konflik akan bisa menjadi sebuah pemacu produktivitas para anggota dalam sebuah organisasi ataupun perusahaan. Mengelola konflik berarti kita hatus meyakini bahwa konflik memiliki peran dalam rangja pencapaian sasaran secara efektif dan efisien. Mengelola konflik perlu sekala prioritas, agar tidak menimbulkan kekacauan dalam koordinasi dan integrasi antara fungsi atau devisi dalam sebuah organisasi. Tetapi apabila pengelolahan konflik tersebut tidak berjalan dengan baik maka konflik tersebut akan bersifat destruktif atau akan menghambat kinerja karyawan dalam suatu perusahaan.


Confucian Communication Theory

Tokoh dan Buah Pikirannya
Kong Hu Cu, kodrat manusia tak terpisahkan dari alam semesta. Alam semesta diselidiki oleh manusia bukan untuk dikuasai, melainkan untuk dipahami hubungannya dengan diri manusia. 
June Ock Yum, masyarakat Asia Timur lebih memehatikan konteks relasional dalam interaksi sosialnya. Dalam kebudayaan Asia Timur, hubungan timbal balik cenderung bersifat jangka panjang dan asimetris.
Hui-Ching Chang, Confucius memprediksi tujuan komunikasi secara etis, yakni untuk berpegang teguh dan mempertahankan keteraturan moral dalam suatu komunitas manusia. Komunikasi menjadi cara memfasilitasi dan mencerminkan kultivasi diri atau perbaikan moral yang dilakukan oleh seseorang.

Asumsi Dasar
Dalam berkomunikasi dengan menggunakan teori Confucianism yang paling penting adalah hubungan atau relations yang terjalin antar pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Dengan adanya kedekatan hubungan antar pihak-pihak yang berkomunikasi maka komunikasi tersebut akan lebih bermakna

Perkembangan Teori
Confucianism (551-479) merupakan sebuahpandangan, ideologi politis, etika sosial, tradisi pendidikan, dan gaya hidup. Awalnya ajaran Confucian berawal dari ajaran agama Konghucu, dan confucion sendiri ditemukan oleh nabi agama tersebut yang bernama Kong Hu Cu atau yang sering dipanggil Kongcu. Ajaran utama Confucius yang terdapat dalam Kitab Lun yu tertuju pada manusia. Menurut Confucius, kodrat manusia tak terpisahkan dari alam semesta. Alam semesta diselidiki oleh manusia bukan untuk dikuasai, melainkan untuk dipahami hubungannya dengan diri manusia. Yang penting bukanlah menguasai alam, tetapi menguasai manusia agar tindakannya sesuai dengan alam. Manusia harus berhubungan dengan alam secara indah dan harmonis. Teori yang muncul pada masa Dinasti Chou ini memandang jagat raya sebagai sebuah kesatuan organik dan seluruh modalitas dari kehidupan yang ada di dalamnya sebagai sesuatu yang saling berhubungan dan diatur oleh suatu kenyataan yang mempersatukannya, yakni Dao. Dao dan Tao adalah hal yang sama yaitu Sang Jalan. Dao terdiri dari kehidupan yang harmonis yang menjunjung dan menyokong perintah moral. 

Prinsip Kardinal
Ajaran Confucius menjabarkan tiga pilihan untuk menjelaskan hubungan manusia yang layak, ren (kemanusiaan), yi (kebenaran), dan li (adat istiadat). Perhatian mendasar dari Confucianism adalah ren, belajar manusiawi.  Prinsip kardinal kedua, yakni yi (kebenaran), menyatakan tugas-tugas atau kewajiban moral yang terkait dengan manusia sebagaimana mereka berada di suatu lingkungan masyarakat. Konsep dasar ketiga dari doktrin Confucianism adalah li (adat istiadat dan kesantunan), yang merupakan norma-norma sosial yang mengatur tindak tanduk manusia. 

Pandangan Confucius Terhadap Bahasa 
Confucius memprediksi tujuan komunikasi secara etis, yakni untuk berpegang teguh dan mempertahankan keteraturan moral dalam suatu komunitas manusia. Komunikasi menjadi cara memfasilitasi dan mencerminkan kultivasi diri atau perbaikan moral yang dilakukan oleh seseorang.

Pengaruh Confucius dalam Hubungan Antarindividu
Confucianism memiliki pengaruh yang bertahan lama dalam masyarakat, pemerintahan, pendidikan, dan keluarga di negara-negara Asia Timur, hubungan antarindividu dalam negara-negara tersebut dipandang dan dikembangkan dengan cara yang berbeda dari hubungan yang terpengaruh paham individualisme. Menurut June Ock Yum, masyarakat Asia Timur lebih memehatikan konteks relasional dalam interaksi sosialnya. Dalam kebudayaan Asia Timur, hubungan timbal balik cenderung bersifat jangka panjang dan asimetris. Dalam hubungan antarindividu dalam masyarakat Asia Timur adalah penerapan penengah yang informal. Dalam budaya Asia Timur, menerapkan prinsip pada yi dan li, bukan apa yang dibicarakan melainkan siapa yang membicarakan yang dianggap lebih penting. Mereka memilih orang yang sudah saling mengenal yang memiliki hubungan yang baik dari pada dengan para pengacara, negosiator, dan konselor ketika melakukan mediasi, negosiasi dalam menyelesaikan konflik. 

Confcianism dan Pola Komunikasi
Komunikasi dipandang sebagai proses interpretasi dan interaksi yang tidak terbatas, berdasarkan kewaspadaan tersebut, masyarakat Asia Timur cenderung memilih kode linguistik yang berbeda, yang responsi terhadap konteks relasional yang berbeda dengan komunikasi, contohnya adalah bahasa-bahasa Asia Timur memiliki sistem linguistik berupa sebutan tanda hormat yang sangat jelas dari pada bahasa Inggris.  Komunikasi dalam masyarakat Asia lebih berfokus pada pembicara bukan pendengar. Penggunaan tipe tidak langsung memberikan ruang yang lebih luas untuk berbaga interpretasi. Komunikasi yang terpusatkan pada pendengar mengharuskan si pendengar untuk mengetahui situasi dan hubungan yang berbeda serta keadaan emosi si pembicara dan kebutuhan untuk memahami makna implisit yang terkandung dalam setiap pesan.

Pengaplikasiannya
Dalam melakukan bisnis dengan orang-orang yang berasal dari Asia Timur, seperti China, Korea ataupun Jepang akan lebih mudah menjalankannya jika kita menerapkan teori Confucianism ini. Dalam melakukan bisnis dengan orang yang berasal dari bangsa Asia Timur, maka kedepankanlah menjalin hubungan yang baik dengan mereka dahulu. Setelah hubungan terjalin dengan baik dan sudah terbentuk rasa saling percaya barulah kita bisa mengomunikasikan hal-hal yang berhubungan dengan bisnis kita, hal ini akan lebih mudah diterima oleh orang-orang Asia Timur dalam menjalankan sebuah bisnis, dan komunikasi yang terjalin nantinya juga akan bersifat jangka panjang.

Comperhensive Model Information Seeking (CMIS)

Tokoh dan Buah Pikirannya
Jhonson, teori ini menyajikan 3 model komponen dari informasi. Komponen pertama adalah labeled atecedents, contohnya “kenapa seseorang mencari informasi”. Komponen kedua adalah karakter pembawa informasi, menjelaskan faktor yang berimbas pada sumber apa saja yang dipilih seseorang dalam mendapatkan informasi. Komponen yang ketiga adalah pilihan individu dalam tindakan atau kegiatan mencari informasi.

Asumsi Dasar
Teori ini beramsumsi bahwa awal dari pecarian informasi dikondisikan oleh bagaimana orang mengevaluasi kegunaan saluran komunikasi dan pada akhirnya mereka dapat menentukan strategi dalam mencari informasi dan hasil dari pencarian informasi.

Perkembangan Teori
Teori ini merupakan bagian dari perkembangan Uncertanty Management Theories. Dalam Uncertanty Managemenet Theories terbagi menjadi empat buah teori yaitu Problematic Integration Theory (PIT), Comperhensive Model Information Seeking (CMIS), Uncertainty Management Theory (UMT), Theory of Managing Uncertainty (TMU), Relations Turbulence Model (RTM), and The Theory of Motivated Information Management (TMIM). 

CMIS adalah satu-satunya teori yang tidak terlalu fokus dengan konteks komunikasi interpersonal dibandingkan dengan lima teori lainnya yang berada dibawah Uncertanty Management Theori. Teori ini termasuk dalam Uncertainly Management Theories karena teori ini menawarkan sebuah laporan untuk mengetahui kenapa dan kapan seseorang mencari informasi. CMIS terdapat empat latar belakang dalam pencarian informasi
1. Demografi yaitu umur, jenis kelamin, etnis, dll.
2. Experience adalah faktor pengalaman yang memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi penyelesaian dalam menghadapi masalah yang sama dengan yang pernah dialami sebelumnya.
3. Salience yaitu melibatkan sejauh mana masalah yang bisa menjadi relevan dan penting bagi orang lain.
4. Belief yaitu mengacu kepada kepercayaan seseorang pada kemampuan mereka untuk mempengaruhi masa depan mereka.

Teori ini membedakan antara karakteristik pembawa informasi (kredibilitas, memahami informasi yang diinginkan dari sumber) dan kegunaan pembawa infomasi/ information carrier utility ( hubungan sumber untuk kebutuhan informasi). CMIS berpendapat bahwa individu dihadapkan dengan berbagai pilihan dalam pencarian informasi, saluran informasi yang berariasi baik makro (media, interpersonal, dan organisasi) maupun marcolevels ( majalah, koran, tv) pada tingkat kelangsungan dan pada beberapa dimensi lainnya.
Sumber lain juga mengatakan bahwa teori ini adalah sintesis dari tiga aliran penelitian teoritis, yaitu The Health Belief Model, Uses and Grafitation Research, dan Model of Media Exposure and Appraisal. Teori ini berhubungan dengan komunikasi kesehatan, maksudnya adalah kita dapat mendiagnosis sebuah penyakit yang diderita seseorang dengan berkomunikasi dengan si pasien menggunakan empat faktor atau latar belakang dalam mencari sebuah informasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. 

Pengaplikasiannya
Teori komunikasi ini digunakan oleh para kaum medis dalam menyebarkan informasi-informasi mengenai kesehatan melalui media, terutama yang marak digunakan saat ini adalah untuk menginformasikan pada publik tentang penyakit kanker. Selain itu juga untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Teori ini juga digunakan oleh kaum medis dalam mendiagnosis penyakit yang diderita seseorang dari bagaimana demografi, status penyakit, dan kebutuhan psikososial seseorang. Pengaplikasiaannya yang sedang populer saat ini adalah e-Health, yaitu sebuah cara mencari informasi tentang segala penyakit melalui internet.


Sumber :

Fross, dkk. 2009. Encyclopedia of communication theory. New York: Sage Publication.
http://gita-a-l-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-37819-Hubungan%20Internasional%20-MARXISME%20dalam%20perspektif%20ilmu%20Hubungan%20Internasional.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kong_Hu_Cu_(filsuf)
http://www.marketing.co.id/2010/02/13/tradisi-bisnis-korea-kibun-inhwa-dan-confucianism/

semoga bermanfaat ^_^